Kisah Cinta & Secangkir Kopi Asin

Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikan dia, tapipada saat pesta selesai dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan ajakannya.
Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa dan si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, "Kita pulang aja yuk...?".Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, "Bisa minta garam buat kopi saya?"

Semua orang yang mendengar memandang dengan ke arah si pria, aneh sekali! Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut kedalam kopinya dan meminumnya. Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini? Si pria menjawab, Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana. Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya.

Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana , masa kecilnya, dan keluarganya.Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua. Mereka akhirnya berpacaran.
Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli, betul-betul seseorang yang sangat baik tapi si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu! Untung ada kopi asin! 

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia Membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat yang berkata, Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu ... tentang kopi asin. 
Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk merubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apa pun.

Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi. Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam? Si gadis pasti menjawab, "Rasanya manis.
Note:
Kadang anda merasa anda mengenal seseorang lebih baik dari orang lain, tapi hanya untuk menyadari bahwa pendapat anda tentang seseorang itu bukan seperti yang anda gambarkan. 

Sama seperti kejadian kopi asin tadi. Kadang untuk berhasil mendapatkan sesuatu yang indah, dibutuhkan sesuatu yang asin (derita & pengorbanan), bukan yang manis (mewah dan bagus).



Azie Taylor Morton

AKU LAHIR DARI HASIL PELECEHAN SEORANG PRIA TERHADAP IBUKU YANG BISU, TULI DAN MISKIN SEHINGGA AKU TIDAK MENGENAL LAGI SIAPA AYAHKU
Ibuku bisu, tuli, dan sangat miskin.

Suatu hari, sesosok pria melecehkan dan memaksa ibuku hingga hamil.
Lahirlah aku tanpa pernah kenal siapa ayahku.


Karena menanggung malu, ibuku melahirkanku di kebun yang sepi tanpa bidan.
Yang menolong ibuku melahirkanku adalah seorang ibu tua pemilik kebun.

Kami hidup sangat miskin hingga dalam umur yang masih sangat muda, aku terpaksa bekerja untuk mencari sebakul nasi untukku dan ibuku karena saat itu ibuku sakit stroke.
Aku bekerja sebagai buruh kasar di perkebunan kapas.
Aku benci keadaan saat itu.
Aku kecewa pada TUHAN saat itu karena DIA tidak adil atas hidupku.
Di saat kebanyakan anak² menikmati hidup layak, aku harus bergumul dalam penderitaan.

Sungguh, aku tidak paham mengapa aku dilahirkan dan tidak melihat kehidupan yang baik di masa depan. Teman² seusiaku sering mencemoohku. Mereka memanggilku si 'anak haram' dan mereka tidak mau berteman denganku.

Suatu hari, aku bertemu dengan seorang pendeta.
Beliau berkata kepadaku: "Azie.. (namaku Azie) tahukah kamu bahwa hidup ini adalah anugerah, Nak ?

TUHAN memberikan kamu kebebasan memilih. Mau tetap mengeluh seperti ini atau bangkit dari kemiskinan, pilihan itu ada di tanganmu, Nak.

Perlu kamu tahu rencana TUHAN atasmu bukan rencana kecelakaan melainkan hari depan yang penuh harapan. Selama bisa memilih, pilihlah yang terbaik." Nadanya lirih penuh makna.

Kata² pendeta itu membangkitkan semangatku untuk berdiri tegak dan doa ibu membuatku kuat menghadapi tantangan hidup. Akhirnya aku pilih keluar dari rasa kecewa dan tak berguna ini.

Singkat cerita, aku mulai bekerja dengan giat untuk membiayai sekolah dan kehidupan ibuku. Berkat doa ibuku serta kerja keras yang ulet, akhirnya TUHAN memberkatiku dengan melimpah, aku meraih kesuksesan.

Tahukah kamu siapa aku?
Aku adalah AZIE TAYLOR MORTON, Menteri Keuangan Amerika Serikat pada zaman Presiden Jimmy Carter.


Saudaraku...
Jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain, namun *lepaskan dan merdekakan* diri Anda dari rasa *iri, dengki, dan benci* kepada orang lain, kepada siapa pun dan apa pun sikap serta perilaku mereka pada Anda.
*Ampuni* orang yang membencimu, jangan mendendam. Abaikan orang yang mencibirmu. Buatlah itu jadi motivasi untuk maju pesat.
Siapa pun Anda, apa pun masalah Anda saat ini, berdoalah, bangkitlah dan berjuanglah dari keterpurukan ...
Keep smiling
Never give up
Be winner in life
Be blessed
be courageous
be kind
be of influence to your community


'Ketika kita mengampuni, sesungguhnya kita membuka pintu hati kita untuk mengalami kuasaNYA dan rancanganNYA yang terbaik bagi hidup kita. God bless'

Thanks 4 sharing Henry Susanto

Semoga bermanfaat

Good Bad? Who Knows?

Ada seorang raja yang sangat senang berburu. Suatu hari, saat berburu, jarinya terluka. Raja begitu gelisah dan bertanya kepada tabib tua yang merawatnya, "Apakah jariku bakal baik atau buruk?" Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?" (Baik? Buruk? Siapa yang tahu?) 
Beberapa hari kemudian, jari itu terinfeksi, menjadi bengkak. "Apa yang akan terjadi? Apakah aku akan baik-baik saja?" tanya raja. Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?" Jelas, ucapan tabib itu tidak mengesankan bagi raja. Lukanya semakin parah, hingga tabib harus memotong jarinya yang terinfeksi. Raja sangat marah dan menjebloskan tabibnya ke penjara, karena tak bisa menyelamatkan jarinya.


Setelah luka di tangannya sembuh, raja kembali berburu. Ia mengejar buruannya sampai ke pelosok rimba, terpisah dari rombongan. Ia ditangkap suku penghuni rimba yang akan mengorbankannya kepada dewa mereka. Raja sangat ketakutan. Tetapi, mereka batal mengorbankan raja karena jari tangannya kurang satu!

Suku rimba itu berkata, "Kamu tidak sempurna untuk dijadikan korban persembahan." Raja itu dibebaskan. Kini ia malah merasa beruntung karena kehilangan satu jarinya. Setiba di istana, ia menemui tabib di penjara dan berkata, "Menakjubkan! Memang aku kehilangan jariku, tetapi siapa yang tahu ini baik atau buruk? Ternyata, ini baik bagiku. Terima kasih. Aku membebaskanmu!"

Note:
Makna kisah itu adalah... baik atau buruk, siapa yang tahu? Jika pacar anda meninggalkan Anda karena perempuan lain... Good? Bad? Who knows? Anda tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Anda kehilangan rumah Anda: Good? Bad? Who knows?

Hal yang menakjubkan mengenai hidup adalah hidup ini begitu tidak pasti. Kita tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Namun, terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup, kita bisa memiliki hubungan yang baik terhadapnya, bersikap ramah, dan menerimanya. Kita tidak bisa menyalahkan kehidupan, marah atau sedih pada hidup, sebab... Good? Bad? Who knows?

Bagaimana Anda bisa begitu marah dan kritis terhadap hal-hal yang tidak berjalan sesuai keinginan Anda? Ini adalah fenomena indah mengenai kehidupan. Namun... Good? Bad? Who knows?
Thanks 4 Sharing Nathania 


Tak Terbatas KuasaMU (2) - True Story

Ada seseorang yang dilepaskan dari ilmu bela diri mistis oleh Tuhan. Kuasa Tuhan yang mengubahkan hidupnya dan melepaskannya dari cengkaraman si jahat (iblis). Sebut saja namanya Sandi (nama samaran).

Sandi sejak kecil selalu mengalami perundungan (bully), sejak ia bersekolah SD. Dipalak, dipukul, dihina dan berbagai macam perundungan ia alami. Sandi menjadi dendam dan bersumpah akan membalas mereka satu persatu yang merundung (mem-bully) dia.

Bermula dari kelas 4 SD, ia belajar bela diri Karate. Namun bertahun-tahun belajar, ia merasa tidak puas. Kepahitan dan dendam yang membara membuat ia mencari bela diri apalagi yang bisa memuaskan hatinya. Ia pun belajar ke sebuah padepokan bela diri. Di sana ia belajar dengan tekun bertahun-tahun dan menjadi kesayangan gurunya. Gurunya pun menurunkan berbagai bela diri fisik kepada Sandi, sampai pada suatu titik, gurunya menurunkan sebuah ilmu kuno mistis kepada Sandi.

Ilmu kebal senjata tajam bahkan sampai kebal senjata api pun ia pelajari. Pantangan bahkan syarat yang berat pun ia lakukan demi mendapatkan ilmu-ilmu tersebut.
Meskipun sudah mendapatkan ilmu tersebut, ia masih merasa belum puas. Sandi masih mencoba mencari-cari berbagai ilmu yang dapat membuat ia menjadi 'sakti". Ke berbagai tempat-tempat kramat pun ia kunjungi.
Sampai suatu titik, Sandi merasa jenuh, semua ilmu yang ia pelajari tidak memberikan damai sejahtera dan suka cita.

Ia kemudian teringat pada dulu ia masih kecil tentang Tuhan Yesus yang ia dengar dari sekolah dulu. Ia kemudian memberanikan diri datang pada sebuah ibadah gereja dan ia mengalami Tuhan pada ibadah tersebut, ia memutuskan untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Merasa tidak sejalan dengan Firman Tuhan, Sandi merasa ia harus melepaskan ilmu-ilmu 'sakti' yang ia pelajari dulu. Ia merasa menjadi orang yang tempramental dan tidak dapat mengontrol emosinya dia. Ia pun mengikuti berbagai acara KKR untuk melepaskan ilmunya, tapi ilmunya tersebut tidak dapat terlepas.

Suatu ketika, ia kemudian memutuskan untuk melayani di gereja. Dan di pelayanan geraja tersebut ia bertemu dengan seorang wanita di gereja, sebut saja namanya Rose (bukan nama sebenarnya). Singkat cerita Sandi menikah dengan Rose dan memiliki 2 orang anak. Namun Sandi dan Rose merasa tidak pernah merasa bahagia dengan rumah tangganya, pertengkaran demi pertengkaran terjadi, bahkan Sandi yang tempramental tidak dapat menahan emosinya hingga ia sering berbuat kasar pada isterinya Rose dan anak-anaknya. Rose pun sering mengalami pemukulan dari suaminya. Namun Rose tetap setia dan berdoa kepada Tuhan agar Tuhan menjamah hati suaminya agar diubahkan, dan suaminya terlepas dari ikatan jahat ilmu saktinya. Ia sadar bahwa apa yang membuat Sandi tempramental adalah ilmu-ilmunya.

Sandi pun juga merasa frustasi, karena ia merasa harusnya dalam pernikahan ada sukacita ada damai, tapi mengapa ia tidak mengalami keluarga yang bahagia. Ia pun juga sering konseling kepada beberapa hamba Tuhan dan beberapa pendoa agar ilmunya ini dapat terlepas, karena ia mulai sadar bahwa ilmu ini lah sumber dari berbagai masalah dalam rumah tangganya.

Tuhan pun menjawab doa suami isteri ini bertahun-tahun kemudian. Rose berkenalan dengan seorang hamba Tuhan dari temannya. Di mana ibu dari temannya ini mengalami kelepasan dari kutuk dan mengalami kesembuhan dari penyakit Diabetes setelah didoakan oleh hamba Tuhan tersebut.

Sandi dan Rose pun setuju untuk didoakan. Singkat cerita mereka bertemu dengan hamba Tuhan tersebut dan didoakan, Sandi pun mengalami pelepasan dari kuasa jahat ilmu-ilmu saktinya tersebut. Namun ternyata Tuhan belum selesai bekerja bagi Sandi, dalam doa, Tuhan menggerakkan hatinya supaya Sandi mengikuti sebuah kegiatan retret dari gerejanya di mana ia berjemaat. Dalam retret tersebut dia mengalami Tuhan, ia mengampuni orang-orang yang dulu membully dia dan mengalami kesembuhan hati, ia tidak lagi pahit, dan ia pun memberikan dirinya dibaptis. 

Ketika ia dibaptis ia pun mengalami kuasa Tuhan, di mana ia dilepaskan total dari kuasa gelap yang ia pelajari, ia merasa menjadi manusia baru. Sandi pun merasa damai sejahtera dan sukacita dari Tuhan. Isterinya, Rose pun merasa suaminya mengalami perubahan, Sandi tidak lagi menjadi tempramental dan dapat lebih sabar kepada anak-anaknya.

Setelah itupun Sandi dan Rose sepakat untuk tetap setia mengikuti Tuhan, mereka pun mengalami pemulihan dari Tuhan dalam kehidupan rumah tangganya. Mereka merasa lebih harmonis. Sesuatu yang tidak pernah mereka alami dalam pernikahan mereka sebelumnya.

Puji Tuhan, Tuhan baik. Ia sanggup memulihkan setiap orang yang berseru kepadaNya.

Jika anda membaca tulisan ini dan anda merasa tergerak bahwa anda membutuhkan Tuhan, jangan keraskan hatimu. Datang padaNya lewat doa dan mintalah tolong padaNya, terima Ia sebagai TUHAN dalam hidupmu.
Tuhan memberkati.

Note: Membully seseorang, is not kidding, we never know what happen next for the victim, if u loved to kidding, don't BULLY PEOPLE, God Bless 

Thanks 4 sharing HS
JSTC 2019




Aliran Sungai

Alkisah, di tepi sebuah hutan, tampak seorang guru dan muridnya sedang beristirahat melepas lelah setelah berjalan jauh. Karena persediaan air telah menipis, si murid berpamitan untuk mencari air pelepas dahaga sekaligus bekal melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan tidak terlalu jauh, si murid menemukan sebuah anak sungai yang airnya cukup deras. Dari tempatnya berdiri, dilihatnya sekelompok perempuan desa sedang mencuci pakaian di sungai tersebut. Bagaimana mungkin aku memberi air cucian baju itu untuk diminum guru? katanya dalam hati sambil bergegas kembali menemui gurunya.

Guru, sebenarnya ada sungai tidak jauh dari sini, tetapi sayang, airnya kotor. Di sana ada serombongan ibu-ibu yang sedang mencuci. seru si pemuda saat bertemu dengan gurunya.
Kalau begitu, tunggulah sebentar dan nanti kamu pergi ke sana lagi, jawab sang guru.
Tanpa bertanya, pemuda itu menuruti perintah gurunya yang terkenal bijaksana. Setelah beberapa saat, ia kembali ke sungai tersebut. Dari kejauhan terdengar teriakan gembira anak-anak yang sedang mandi di sana. Melihat hal ini, ia segera kembali menemui gurunya.
Guru. Sekarang gantian, ada anak-anak sedang mandi di sungai itu. Dan sudah pasti airnya tidak bisa diambil untuk minum. Bagaimana baiknya? Apakah kita melanjutkan perjalanan saja dan mencari air di tempat lain? seru si murid.
Gurunya tersenyum dan menjawab, Kalau begitu, tunggu saja sebentar dan kemudian pergi lah ke sana lagi.

Walaupun kebingungan dengan jawaban sang guru, namun ia turuti kemauan gurunya. Setelah beberapa saat, ia pun kembali ke sungai dan kali ini... tidak ada apa2 di sana, hanya suara air yang terdengar. Si pemuda pun mendapati air sungai yang jernih. Ia pun segera meminumnya dan memenuhi bekal minuman.
Dari jauh dengan gembira dia berseru, Guru! Hore... Air minum sudah dapat.
Setelah mendekat, dengan senyum si guru berkata, Muridku. Air sungai mungkin saja kotor, tapi itu hanya sementara. Tunggu saja sebentar, ia akan kembali jernih karena air sungai terus mengalir. Semua ini terjadi dengan sendirinya.
Gurunya melanjutkan, Muridku, kita bisa belajar dari air yang mengalir ini. Setiap kali kamu terganggu oleh banyak pikiran yang rumit penuh masalah, biarkan saja mengalir. Cobalah sabar, tunggu sebentar dan memberi waktu bagi diri sendiri. maka pikiran tersebut akan digantikan dengan pikiran yang lebih jernih. Ini akan terjadi dengan sendirinya.

Sebagai manusia, kita tidak terlepas dari berbagai beban dan masalah. Pikiran yang kusut, tidak akan menyelesaikan malah memperumit keadaan. Sebaliknya, pikiran yang tenang dan jernih akan membuat kita lebih bijaksana dalam mengambil keputusan maupun solusi atas masalah tersebut.

Ketenangan pikiran tidak sulit diraih jika kita bersedia membiarkan pikiran kita yang sedang kusut untuk pergi menjauh. Sama seperti air sungai pada cerita tadi, beri sedikit waktu untuk menenangkan diri. semua akan mengalir dengan sendirinya. Pikiran yang sedang kacau akan digantikan pikiran yang jernih.

Saat kita mampu membiarkan pikiran mengalir bebas seperti air, maka seberat apa pun masalah yang muncul, beri dia waktu. Maka perlahan-lahan, dia akan berlalu dan digantikan dengan  yang lebih bijak.



Thanks for sharing Nathania

A Piece of Cake


Seorang anak perempuan berkata pada ibunya bahwa yang dihadapinya semua tidak baik.

Dia gagal di ujian matematika... kekasihnya pergi begitu saja... direbut oleh sahabatnya...

Menghadapi kesedihan itu, seorang ibu yang baik tahu untuk mengembalikan semangat anak perempuannya...

Ibu membuat kue yang lezat, katanya sambil memeluk anaknya dan mengajak ke dapur, berharap melihat kembali senyum buah hatinya.

Ketika ibunya mempersiapkan bahan-bahan pembuat kue, anaknya duduk di seberang dan memperhatikan dengan seksama.

Ibunya bertanya, Sayang, kamu mau mama buatkan kue?

Anaknya menjawab, Tentu ma. Mama tahu aku suka sekali kue.

Baiklah... kata ibunya, Ini, minumlah minyak wijen.

Dengan terkejut anaknya menjawab, Apa?!? Gak mau!!!

Bagaimana kalau kamu makan beberapa telur mentah?

Terhadap pertanyaan ini anaknya menjawab, Mama bercanda yah...

Bagaimana kalau mencoba segenggam tepung?

Gak lah ma... aku bisa sakit perut.

Kemudian ibunya melanjutkan, Bahan-bahan ini belum dimasak dan rasanya tidak enak, tapi kalau kamu sudah mencampur dan mengolahnya bersama-sama... Ini semua akan menjadi sebuah kue yang lezat !


Tuhan bekerja dengan cara yang sama.

Saat kita bertanya mengapa Dia membiarkan kita melewati masa-masa sulit, kita tidak menyadari berkat-berkat apa yang tengah Dia siapkan untuk kita.

Hanya Dia yang tahu dan Dia tidak pernah membiarkan kita jatuh.

Kita tidak perlu sedih pada bahan-bahan mentah yang ada, hanya percayalah padaNya... Dan kita akan melihat sesuatu yang luar biasa terjadi!

Tuhan begitu mengasihi kita...

Dia mengirimkan bunga-bunga cantik di setiap musim semi tiba...

Dia membuat matahari terbit setiap pagi...

Dan tiap saat kita ingin berdoa... Dia selalu ada untuk mendengar!

Dia bisa tinggal di mana saja di alam semesta ini... Tetapi Dia memilih untuk tinggal di hatimu!


Selamat Menikmati "Kue" Yang Indah!

Ini adalah Video Bagaimana Tuhan Selalu Bersama kita walau dalam Kesulitan.


Lentera Kehidupan

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu tertawa berkata: Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok. Dengan lembut sahabatnya menjawab, Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu. Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dengan kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat! Pejalan itu menukas, Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam! Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, Oh, maaf, sayalah yang 'buta, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta. Si buta tersipu malu menjawab, Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya. Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, Maaf, apakah pelita saya padam? Penabraknya menjawab, Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama. Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, Apakah Anda orang buta? Secara serempak pun mereka menjawab, Iya, sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berusaha saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menabrak kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka. 

Pelita melambangkan terang Kebijaksanaan. 'Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan)'

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf. Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin terbuka mata kita, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan. Sudahkah kita menyalakan pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam?

Renungan:

Jadilah PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita. Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: 'Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita dan nyala pelita pertama tidak akan meredup' 

'Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi. Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Pikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah Kebijaksanaan & Kebijaksanaan akan membawa Kedamaian'


If I Only Had Time

Setiap kali pulang dari rumah duka, kita selalu diajak untuk merenung lebih dalam tentang kehidupan...

Dalam 2 bulan terakhir, saya kehilangan 2 teman yang meninggal dunia karena suatu penyakit.
Yang satu berusia 55 tahun. Yang lainnya baru berusia 40an tahun.

Tiga bulan sebelumnya, keduanya masih tampak sehat walafiat dan masih olahraga dan ngopi bersama.
Tiba-tiba terkena serangan jantung atau ada juga yang divonis dokter menderita suatu penyakit hingga kemudian mendahului kita..
Jarak saat vonis dijatuhkan hingga ajal datang menjemput, waktunya tidak sampai setahun.


Di rumah duka, kita pasti akan disadarkan, bahwa dunia ini adalah sebuah terminal, di mana kita semua sedang duduk. Kita semua sedang menunggu giliran......
Ketika nama kita dipanggil, kita mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, harus berangkat.

Suatu penyakit, serangan jantung atau penyakit lainnya, termasuk juga kecelakaan atau bencana alam, hanyalah sebuah sarana.
Lucunya, kita semua tahu tentang kebenaran ini tapi kita tidak pernah sungguh-sungguh menyadarinya.
Kita kadang menganggap akan hidup lama di dunia ini atau juga, seperti kata seorang sahabat saya : Kita berpikir kematian itu hanya milik orang lain......

Di tengah-tengah waktu yang berlari dengan sangat cepat, kehidupan kita, anda dan saya sedang melaju dengan pasti menuju titik akhir.
Kita bahkan tidak tahu sama sekali titik akhir itu ada di mana.

Mungkin ia berjarak 30 tahun, 20 tahun, 10 tahun atau jangan-jangan hanya hitungan hari. Siapa yang bisa tahu?


Tidak ada satu manusia pun yang bisa mengandalkan kesehatan, kekuatan dan kekayaannya untuk menangguhkan kematiannya....


Saya tidak tahu anda berusia berapa..

Tapi, jika saat ini ada yg berusia 20-an tahun dan anda tengah mengagungkan kemudaan anda, percayalah, anda sedang ada di dalam mimpi..

Saat Anda tersadar, tentang fananya dunia kehidupan ini. Anda akan melihat rambut Anda mulai menipis, memutih dan pasti menua di dalam proses kehidupan ..

Ya kenyataan yang tidak bisa dibantah adalah kita semua, seberapa banyaknya pun harta atau tinggi ilmunya, pengetahuan kita, kita semua setiap hari akan bertambah tua.

Menua setiap hari adalah kodrat kita sebagai manusia.


Tidak ada yang sama antara kemarin, hari ini, dan besok. Bukan hanya tubuh kita, tapi juga semua benda yang ada di sekeliling kita.

Semua barang kita: rumah, televisi, jam tangan, lemari, pakaian, mobil, sepedamotor, semuanya sedang berada dalam proses penuaan. Kita tidak melihat apapun, tetapi kemerosotan sedang terjadi di dalam barang-barang tersebut.

Begitu juga dengan tubuh kita.... Tidak ada yang abadi di dunia ini.


Lalu, jika kemerosotan secara fisik setiap saat berproses dalam diri kita, dan kematian hanya soal waktu, apakah kita akan menjalani kehidupan ini dengan ratapan dan tangisan?

Kita memang tidak bisa melawan proses penuaan tubuh kita, namun kita bisa melawan kemerosotan dari sesuatu yang justru menghidupi tubuh kita, yakni batin kita.
Jika tubuh kita berubah menjadi tua dan lemah setiap hari, mengapa kita tidak mengubah batin kita menjadi lebih baik dan lebih baik setiap hari?

Tidak ada yang tetap sama dalam kehidupan ini. Begitu juga dengan pola pikir dan paradigma kita.
Sementara tubuh kita mengalami kemerosotan, kita memperbaharui cara berpikir, hati kita -dari hari ke hari.

Memahami sungguh-sungguh bahwa kehidupan ini hanya sangat sementara dan karena itu waktu yang tersisa amatlah bernilai, akan membuat kita benar-benar menghargai kehidupan ini.

'Tidak ada yang lebih baik dalam kehidupan ini, selain setiap hari terus belajar untuk mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang baik, mencintai dengan lebih baik, mengerti orang lain dengan lebih baik dan berpikir yang bijaksana, mengampuni dengan lebih baik, membantu orang lain dengan lebih baik, dan dengan itulah kematian akan menganugerahkan kehidupan yang jauh lebih baik buat kita'


So much to do
If I Only Had Time

Time Is Life

Dikisahkan, di bawah sebuah pohon yang rindang, tampak sekelompok anak-anak sedang menyimak pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Di antara anak-anak itu, terlihat seorang kakek duduk di sana.
Seusai pelajaran, seorang pemuda dengan penasaran menghampiri dan bertanya kepada si kakek, "Kek, apakah kakek seorang guru?"

"Bukan..., aku bukan seorang guru. Aku juga sedang belajar, sama dengan anak-anak itu."

"Lho, memangnya, berapa umur kakek?"
"Umur kakek tahun ini, tepat 10 tahun."

"Ah..., kakek bercanda! Perkiraanku, umur kakek sudah 70 tahunan..."

"Ha ha ha, tebakanmu benar! Bila dihitung dari saat kakek lahir hingga kini, umur kakek memang 70 tahun. Tetapi, 60 tahun yang telah dilewati jangan dihitung. Yang benar-benar dapat dihitung adalah kehidupanku sepuluh tahun terakhir ini."



Si pemuda menunjukkan wajah kebingungan. Ia pun bertanya, "Apa artinya, Kek?"
Sambil menghela napas panjang si kakek menjawab, "Sejak kecil sampai usia 20 tahun, yang seharusnya waktu terbaik untuk belajar, tetapi kakek sibuk bermain dan bersantai. Karena semua kebutuhan hidup telah disediakan berlimpah oleh orangtua kakek. Kemudian 20 tahun berikutnya, waktu yang seharusnya untuk mengejar karir dan berjuang, kakek malah menggunakannya untuk berfoya-foya-menghamburkan harta yang diperoleh dengan susah payah oleh orangtua kakek. Dan 20 tahun ketiga, waktu yang seharusnya untuk mengumpulkan tabungan sebagai persiapan pensiun di masa tuaku, malahan kakek gunakan untuk pergi tamasya, menghabiskan sisa harta yang masih ada. Semua hanya untuk mengejar kesenangan sesaat. Coba, kamu pikir, bukankah 60 tahun telah kulewati itu sia-sia? Tidak ada satu pun yang kupelajari."

"Lalu bagaimana dengan sepuluh tahun terakhir hidup kakek?"
Dengan mata berkaca-kaca si kakek bertutur, "Sepuluh tahun terakhir aku sadar, 60 tahun hidup dilalui tanpa makna, tanpa tujuan, dan tanpa cita-cita... Sungguh hidup yang sia-sia, tidak berguna.
Saat sadar, kakek sudah hidup sebatang kara dan tanpa harta. Untuk hidup pun harus ditunjang dari belas kasihan orang lain. Anak muda, jangan meniru kehidupan seperti yang telah kakek jalani. Karena, waktu adalah modal utama paling berharga yang dimiliki oleh setiap manusia. Pergunakanlah baik-baik untuk belajar, berusaha, dan berkarir. Efektivitaskan waktumu pada tujuan yang jelas, dan berjuang meraih keberhasilan. Maka kelak di hari tuamu, kamu akan menjalani kehidupan ini dengan bangga dan bahagia."

Saat ini kita hidup di era dengan perubahan yang cepat, perkembangan teknologi yang semakin pesat, serta persaingan di semua lini usaha yang begitu ketat. Maka kita dituntut menjadi manusia pembelajar yang bisa menghargai waktu dan mengelolanya secara cerdas, cermat dan cekatan. Jika kita mampu mengelola waktu dengan begitu smart, bisa dipastikan kehidupan kita akan punya warna, punya ciri dan berkualitas. Manfaatkan waktu yang begitu berharga! 

Seperti pepatah berbunyi, time is money (waktu adalah uang). Tetapi lebih dari itu, time is life (waktu adalah nyawa)




Kisah Dari India

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran. Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan. Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice).
Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”. Aku mengambil mangkok dan berkata Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.
Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata “boleh ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta” agak ragu2 sejenak “akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya.
Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya? Aku menjawab “oh pasti, sayang.” Sindu tanya sekali lagi, betul nih ayah? Yah pasti sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju. Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata istriku.
Aku sedikit khawatir dan berkata: Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang. Sindu menjawab: jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok. Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu.
Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu. Istriku spontan berkata permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin. Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita. Aku coba membujuk: Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak.

Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, tidak ada yah, tak ada keinginan lain, kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu: tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami. Sindu dengan menangis berkata: ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya.

Kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi. Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku : janji kita harus ditepati.

Secara serentak istri dan ibuku berkata: apakah aku sudah gila? Tidak, jawabku, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu, permintaanmu akan kami penuhi. Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.

Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak: Sindu tolong tunggu saya. Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki2 itu botak. Aku berpikir mungkin botak model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata: anak anda, Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia. Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya.

Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.
Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, mengajarkanku tentang Kasih. Mengasihi bukan hanya dengan perkataan... tapi tindakkan nyata... 




Thanks for Sharing Nathania