Bosan

Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama-kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku yaitu menjadi karakter manusia itu sendiri.

Ada seorang yang hidupnya amat miskin. Namun walaupun ia miskin ia tetap rajin membaca. Suatu hari secara tak sengaja ia membaca sebuah buku kuno. Buku itu mengatakan bahwa di sebuah pantai tertentu ada sebuah batu yang hidup, yang bisa mengubah benda apa saja menjadi emas. Setelah mempelajari isi buku itu dan memahami seluk-beluk batu tersebut, iapun berangkat menuju pantai yang disebutkan dalam buku kuno itu. Dikatakan dalam buku itu bahwa batu ajaib itu agak hangat bila dipegang, seperti halnya bila kita menyentuh makhluk hidup lainnya. Setiap hari pemuda itu memungut batu, merasakan suhu batu tersebut lalu membuangnya ke laut dalam setelah tahu kalau batu dalam genggamannya itu dingin-dingin saja.
Satu batu, dua batu, tiga batu dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut.
Satu hari, dua hari, satu minggu, setahun ia berada di pantai itu.
Kini menggenggam dan membuang batu telah menjadi kebiasaannya.
Suatu hari secara tak sadar, batu yang dicari itu tergenggam dalam tangannya. Namun karena ia telah terbiasa membuang batu ke laut, maka batu ajaib itupun tak luput terbang ke laut dalam. Lelaki miskin itu melanjutkan ‘permainannya’ memungut dan membuang batu. Ia kini lupa apa yang sedang dicarinya.

Renungan:
Sahabat, pernahkah kita merasakan kalau hidup ini hanyalah suatu rentetan berulang-ulang yang membosankan? Dari kecil, kita sebenarnya sudah dapat merasakannya, kita harus bangun pagi-pagi untuk bersekolah lalu pada siangnya kita pulang, mungkin sambil melakukan aktifitas lainnya, seperti belajar, nonton TV, tidur lalu pada malamnya makan malam, kemudian tidur, keesokkan harinya kita kembali bangun pagi untuk bersekolah dan melakukan aktifitas seperti hari kemarin. Semuanya itu berulang kali kita lakukan bertahun-tahun.

Hingga akhirnya tiba saatnya untuk kita bekerja, tak jauh beda dengan bersekolah, kita harus bangun pagi-pagi untuk berangkat ke kantor, lalu pulang pada malam harinya, kemudian kita tidur, keesokan harinya kita harus kembali bekerja lagi dan melakukan aktifitas yang sama seperti kemarin, sampai kapan? Pernahkah kita merasa bosan dengan aktifitas hidup kita?
Bila hidup ini cuma suatu rentetan perulangan yang membosankan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menemukan nilai baru di balik setiap peristiwa hidup.
Artinya, jangan melihat aktifitas yang kita lakukan ini sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas, karena jika kita menganggap demikian, maka aktifitas kita akan amat sangat membosankan.


Thanks 4 sharing Nathania

Mengapa kita Marah?

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya jutek (cemberut). Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy bahkan bersikap sopan kepada penjual itu.

Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya: Hei... Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?

Sahabatnya menjawab:Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.
Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali, bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.
Ya, itu masalah dia. Dia mau berwajah jutek, bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita.
Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri...
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi.
Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba2 jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
Renungan...
Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain...?
Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?
Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita, menentukan cara kita bertindak.
Berusahalah untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Pemenang kehidupan adalah orang yang:
Tetap sejuk di tempat yang panas,
Tetap manis di tempat yang sangat pahit,
Tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar,
Tetap bekerja dengan tulus, walau ada halangan didepan




Roda Kehidupan

Suatu hari seorang Murid bertanya kepada Gurunya, Guru, saya pernah mendengar kisah seorang bijak yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan yang menurun, sang bijak konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya petik dari kisah ini?

Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan, jawab sang Guru. Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari bahwa suatu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras.
Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya sedang jatuh dan berada di bawah, sang Murid kembali bertanya. Alasannya adalah iman karena kita yakin akan pertolongan Sang Maha Pencipta, jawab sang Guru.
Hikmah selanjutnya? Sang Murid meneruskan tanyanya.
Orang yang terkenal suatu ketika harus siap untuk dilupakan, orang yang di atas harus siap mental untuk turun ke bawah. Orang kaya suatu ketika harus siap untuk miskin, sang Guru mengakhiri jawabannya.

Note: Tetaplah mengucap syukur baik atau pun tidak baik keadaanmu



Thanks 4 sharing Nathania

Terlambat (dari sebuah kisah nyata)

Rumah masih ramai setelah pulang dari pemakaman, kepalaku masih pusing karena tak bisa menahan tangis melihat jasad terakhir istriku dimasukkan ke liang lahat. Aku makin tak bisa menahan airmata saat melihat anak-anak menangis memandangi tanah yang menimbun ibu mereka. Lama aku diam di pemakaman, mengingat kembali saat istriku masih ada.

Aku ingat semua dosaku, kesalahanku, mulut kasarku, ketidakpedulianku bahkan yang paling aku ingat membiarkan dia berpikir sendiri tentang keuangan keluarga. Aku pikir saat dipemakaman adalah momen tersedih yang aku alami sepanjang hidupku, ternyata itu belum apa-apa. Banyak kepiluan lain yang membuatku hancur..
Putriku yang berusia 5 tahun beberapa kali berlari kekamar sambil memanggil ibunya. Sepertinya dia lupa bahwa ibunya telah tiada. Kemudian ia keluar lagi dengan wajah kecewa.
Malam berlalu tanpa aku bisa menutup mata sedetikpun. Rasanya rumah ini sunyi dan hampa. Hingga tibalah hari yang membuat aku amat sedih. Yaitu hari ketika anak-anak mulai masuk sekolah. Pagi itu mereka semua sudah bangun, aku kebingungan, anak-anakku juga seperti bingung mau berbuat apa.
Biasanya pagi kami selalu dibangunkan, disuruh mandi dan disiapkan pakaian, dibuatkan sarapan dan kami berangkat dalam keadaan rapi dan perut yang sudah kenyang. Hari ini kami hanya terdiam. Aku menyuruh anak-anak melihat makanan dikulkas tapi yang ada hanya bahan mentah. Rumah yang biasanya rapi nampak berantakan. Aku pergi membeli sarapan untuk kami berempat. Saat membayar aku kaget uang 50 ribu tanpa kembalian. Padahal selama ini aku memberi uang 50 ribu kepada istriku cukup untuk makan kami sampai malam.
Kadang-kadang aku marah-marah kalau dia minta tambahan. Aku bawa sarapan pulang dan anak-anak sudah menunggu dimeja makan. Sudah jam 7.30 biasanya mereka sudah diantar kesekolah semuanya dan diantar istriku berbarengan, sementara aku baru pulang membeli sarapan. Dalam hati kalau terlambat semoga dimaklumi karena habis kemalangan.
Aku makin merasa kacau saat jam sudah menuju jam 8.00 dan anak-anak belum diantar semua. Aku benar-benar kehilangan seorang dewa dalam rumah kami. Inikah yang selama ini dilakukan istriku? Mengapa aku selalu menganggap dia tak ada kerjaan. Selalu menganggap sepele pekerjaan seorang ibu?
Aku masih linglung ditempat kerja. Masih banyak teman-teman yang menghampiri mengucapkan belasungkawa. Hingga aku ditelpon oleh walikelas anak ku yang masih TK katanya anak-anak sudah pulang tapi belum ada yang jemput, aku minta ijin pergi menjemput anak dan jam 12.00 anakku yang nomor 2 juga menelpon minta dijemput karena sudah pulang. Selama ini aku tak tahu satupun jadwal mereka. Aku hanya bekerja dan tak peduli dengan itu semua. Anakku yang besar pulang jam 2.00 artinya aku tak bisa kembali ketempat kerja.
Sampai disekolah anakku, aku masih melihat didepan sekolah masih ada bekas darah saat istriku kecelakaan 3 hari lalu, kecelakaan yang serta merta merenggut nyawanya saat menjemput anak sulungku. Sampai dirumah anak-anak nampak kelaparan. Ternyata aku tak tahu manajemen waktu sehebat mendiang istriku.
Aku harus ke warung makan lagi untuk pergi membeli makan siang. Begitupun nantinya makan malam. Sehingga tidak kurang dari 200 ribu sampai malam. Aku berpikir ini baru 1 hari, bagaimana kalau 1 bulan. Gajiku tidak akan cukup untuk kami berempat.

Ya Tuhan, Indah sekali caramu menegurku.
Begitu kacaunya hidupku tanpa istriku, keuangan makin berantakkan, anak-anak tak terurus, makanan favoritku tidak ada lagi. Rumah dan tanaman seperti hilang aura karena tak ada yang merawat dan membersihkan.
Aku masih sempat merasa wanita diluaran lebih cantik dari istriku. Andai aku bisa menebus apapun yang telah aku lakukan kepada istriku selama ini. aku ingin memperbaikinya. Aku ingin membantunya, menyayanginya sepenuh hati dan tak akan pernah berkata kasar kepadanya. Dia begitu lelah setiap hari tapi sepulang kerja aku masih sering membentaknya.
Saat dia minta tambahan belanja aku berkata kasar kepadanya. Dia saat aku jadikan istri, rela berpisah dengan anggota keluarga besarnya, hidup susah payah dan sederhana denganku.
Maafkan aku istriku, andai aku bisa menebus semua kesalahanku, satu hari saja tanpamu kami seperti anak ayam kehilangan induknya. Berserakan.
Saat malam aku kembali menangis sejadi-jadinya. Andai bisa kutebus, aku ingin menebus meski dengan nyawaku. Aku mau dia yang hidup menjaga anak-anak dan biarlah aku yang menghadap-Mu. Ini sangat berat bagiku apalagi bagi anak-anakku. Demikian doa tengah malamku.
Jujur selama ini aku tak dekat dengan anak-anak. Mereka selalu bersama ibunya. Aku hanyalah kerja, pulang, tidur dan kerja lagi. Aku tak tahu apa-apa tentang urusan anak dan rumah..
Istriku sayang. Aku berdoa semoga lelah mu jadi ibadah, semoga semua yang kau lakukan untuk kami membawamu ke Surga. Semoga engkau bahagia.
Kali ini aku benar-benar menangis tersedu-sedu sambil membayangkan wajahmu. Kau tak pernah mengeluh dengan pekerjaanmu, kau tak pernah meminta sesuatu yang aku tak sanggup membelinya. Kau jalani semua dengan sabar dan aku merasa belakangan jarang memperhatikanmu... Jarang bertanya bagaimana anak-anak kita, jarang bertanya bagaimana hari-harimu.
Kekasih hatiku. Mengapa aku jatuh cinta padamu justru setelah engkau tiada?
Tidak akan ada yang menggantikan dirimu dihatiku. Mengapa rasa cinta ku padamu menggebu-gebu saat dirimu sudah berada dipusara?
Maafkan aku istriku. Aku terlambat jatuh cinta padamu.

Kisah nyata ini untuk hikmah renungan bagi kita semua agar menghargai pasangan kita.
Biasanya kita baru menyadari arti keberadaan orang yang kita cintai, disaat dia tak lagi ada bersama kita. Cerita kisah nyata yg diangkat kembali. Semoga bermanfaat.



by YA & IP Key

Gula Merah Sekilo

Alkisah, Seorang lelaki miskin menjual gula merah yang dibuat isterinya ke kota. Isterinya selalu membuat gula merah dengan bentuk bulat dan beratnya 1 kg. Dia selalu menjual gula merah itu ke salah satu toko dan membeli kebutuhan-kebutuhan harian mereka untuk sekadar makan.

Suatu ketika pemilik toko itu curiga dengan berat gula merah itu dan dia pun menimbangnya. Ternyata beratnya tidak sampai 1 Kg, hanya 900 Gram. Tangannya gemetar dan dadanya terasa seperti ingin meledak. Jadi selama ini dia membohongiku. Berapa banyak kerugian yang aku alami. Penipu! teriaknya dalam hati.
Hari itu lelaki miskin itu di datanginya dengan membawa gula merahnya. Kamu telah menipu saya! Kamu bilang gula merah ini 1 Kg ternyata hanya 900 Gram saja! teriak penjual toko.
Lelaki miskin itu menundukkan kepalanya dan berkata: Kami orang miskin. Kami tidak punya timbangan di rumah. Kami membeli beras di toko Bapak seberat 1 Kg dan itulah yang kami jadikan timbangan untuk menimbang gula merah

Note:
Kita kadang melihat orang SALAH, tapi kita tidak menyadari ternyata sumbernya dari diri kita.





Unwanted Colosal Story 4

 


Buku Unwanted Colosal Story adalah buku yang tidak diminati untuk dibaca. Karena buku ini menceritakan sejarah kuno segala kehidupan yang sebenarnya, 

Unwanted Colosal Story 4 juga merupakan buku yang tidak bisa ditemukan dimanapun. Unwanted Colosal Story ini  merupakan buku dasar dari buku lainnnya di My Faith, Karena kita perlu mengetahui sejarah segala kehidupan terlebih dahulu.  

Sahabat-sahabat dalam Kristus yang mampir ke My Faith silahkan membaca atau pun mendownload secara gratis, tapi tolong untuk tidak pernah mengubah isi buku dan menjual secara komersil karena ini adalah untuk pelayanan kalangan sendiri.  God Bless.

Free Download & Translate


                                                              View and Download Book



                                                                 Cara Membeli Buku

Unwanted Colosal Story 3

 


Buku Unwanted Colosal Story adalah buku yang tidak diminati untuk dibaca. Karena buku ini menceritakan sejarah kuno segala kehidupan yang sebenarnya, 

Unwanted Colosal Story 3 juga merupakan buku yang tidak bisa ditemukan dimanapun. Unwanted Colosal Story ini  merupakan buku dasar dari buku lainnnya di My Faith, Karena kita perlu mengetahui sejarah segala kehidupan terlebih dahulu.  

Sahabat-sahabat dalam Kristus yang mampir ke My Faith silahkan membaca atau pun mendownload secara gratis, tapi tolong untuk tidak pernah mengubah isi buku dan menjual secara komersil karena ini adalah untuk pelayanan kalangan sendiri.  God Bless.

Free Download & Translate

   
                                                          View and Download Book



                                                             Cara Membeli Buku

Quote 15 August 2020

 

Antena Berkarat

Malam itu, acara menonton televisi dirumah kami agak terganggu. Ribuan semut memenuhi layar televisi kami. Belum lagi bunyi kresek-kresek tak jelas mengganggu telinga. Padahal dua hari yang lalu, setidaknya 80% dari gambarnya masih dapat kami nikmati. Program hiburan favorit yang telah ditunggu-tunggu menjadi sama sekali tidak menghibur. Malam yang seharusnya indahpun, perlahan tapi pasti menjadi menjengkelkan.
Jelas bukan salah stasiun televisi. Mereka tentu tetap memancarkan sinyalnya dengan sangat bagus. Dan tetangga memberitahu kami bahwa televisi mereka baik-baik saja. Kesalahan bukan terletak pada stasiun televisi, bukan pada televisi diruang keluarga, kesalahan ada pada antena televisi kami.
Entah apa penyebabnya antena kami lebih cepat berkarat dari yang seharusnya. Begini nih kalau beli antena yang murah, salah satu dari antara kami menyalahkan. Aku sendiripun tidak mengingat dengan pasti, apakah benar antena yang kami beli memang terlalu murah jadi bahan bakunya tidak bagus dan cepat berkarat. Ucapan itu lebih dari sekedar mencari kambing hitam untuk menyalurkan kekesalan. Seharusnya kita mencari dan membeli antena yang sesuai dengan kualitas yang bagus, keputusan yang diambil dalam memilih antena buat kami harusnya tepat, jangan sampai salah mengambil keputusan. Apa yang kita beri itu yang kita tuai.

Namun jika dipikir-pikir, betapa hidup kita seringkali sangat mirip dengan Si Antena Berkarat itu. Cukup banyak penderitaan, pergumulan dan masalah yang timbul hanya karena salah memutuskan. Kita mengira TUHAN diam jauh disana tak peduli, padahal diri-diri kitalah yang harusnya berbenah diri. Ribuan kali bertanya dan mengeluh lewat doa. Kita kira Ia, Sang Pemberi Petunjuk diam seribu bahasa, padahal telinga inilah yang tak mampu mendengar akan suara Surga.

Dunia membutakan mata hati kita, hingga tak mampu melihat kebaikan Nya. Lalu hidup terasa kian sulit. Kehidupan yang seharusnya indah, malah berbalik menghajar kita hingga lebih dari sekedar babak belur. Berputar-putar kelelahan dan mengenaskan.
Jelas itu bukan takdir kita. Takdir kita adalah berbahagia di dunia, sesuai dengan Rencana Tuhan untuk menciptakan kita. Lalu mengapa ini semua terjadi ? Pasti ada something wrong...
Padahal, TUHAN yang Maha Kasih itu dapat dipastikan tetap setia. Tidak hanya menunggu, namun dengan segala Kasih-Nya. Ia selalu mengarahkan kita menuju kehidupan yang penuh dengan segala kebaikan dan rahmat.
Ternyata memang sesuatu harus dilakukan. Sesuatu yang memang merupakan porsi kita. Dan sesuatu itu adalah: membersihkan diri dari segala dosa ibarat karat. Sehingga kita tidak salah pilih, tersesat kemudian menderita, bukan karena tidak dikasihi, bukan karena ditinggalkan, namun hanya karena berdosa ibarat berkarat.

Note:
Mari kita belajar untuk menyerahkan jiwa dan raga kita pada Tuhan, biarkan Tuhan tuntun kita dalam segala hal, supaya kita tidak salah lagi dan lagi dalam mengambil keputusan, supaya kita tidak cepat berkarat seperti antena murahan. God bless ....


Thanks 4 sharing Nathania

Tak Ada Yang Abadi

Seorang Bijak pernah meminta kepada tukang cincin untuk mengukir sebuah kalimat pada bagian dalam cincin, kalimat itu adalah: Tak ada yang abadi, ini pasti berlalu.

Setelah cincin selesai diukir orang bijak tersebut melanjutkan perjalanannya. Dalam perjalanannya dia mulai bekerja sebagai buruh pada sebuah perusahaan besar yang dimiliki orang terkaya di kota itu.

Orang bijak itu tekun bekerja bahkan lebih tekun daripada buruh lainnya. Seorang pekerja bertanya kepadanya, Mengapa kau bekerja sedemikian giat? Padahal gaji dan kehidupan kita tidak akan berubah dengan bekerja lebih giat? Bekerjalah sesuai dengan apa yang mereka bayarkan kepada kita. Orang bijak itu tersenyum dan berkata, Ini pasti berlalu. Selang beberapa puluh tahun, perusahaan itu bangkrut. Orang kaya yang dulu pemilik perusahaan itu jatuh miskin dengan hutang dimana-mana. Orang bijak itu dengan uang yang ditabung selama ini mencoba membeli perusahaan itu, karena sudah bangkrut maka orang kaya itu menjualnya dengan harga murah, dengan terdesak membutuhkan uang pula.

Tidak begitu lama, perusahaan bangkrut itu bangkit kembali. Sekarang orang bijak itu adalah orang terkaya di kota itu, sedangkan pemilik lama perusahaan itu menjadi pekerja di perusahaan yang dulu dimilikinya. Pekerja yang dulu pernah bertanya kepada orang bijak itu berpapasan dengan orang bijak itu, dengan malu-malu, lalu orang bijak itu memajukan tangannya untuk memberi salam. Dengan canggung pekerja itu memajukan tangan pula untuk memberi salam, kemudian orang bijak itu berkata, Ini pasti berlalu. Beberapa tahun kemudian musibah datang, kebakaran menghanguskan perusahaan itu, pemilik lama meninggal akibat kecelakaan tersebut dan pemeilik perusahaan jatuh miskin. Semua orang terkejut dengan kejadian itu dan semua pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Jarang ada yang bertahan di kota itu setelah apa yang terjadi. 

Teman lama yang dulu bertanya kepada orang bijak itu pindah ke kota lain untuk memulai kehidupan, sebelum pindah teman lama ini berkunjung padaorang bijak itu Teman lama itu berpikir orang bijak itu akan sedih dan merasa itu adalah akhir hidupnya sehingga si teman lama berusaha menghiburnya. Namun yang dipikirkannya itu tidak terjadi. Orang bijak itu tetap tersenyum.Saat mereka berjabat tangan, orang bijak itu berkata, Ini pasti berlalu.

Kemudian teman lama berjuang di kota yang baru ternyata menjadi sukses, dia menjadi orang kaya yang disegani. Dan dia teringat kepada teman lamanya orang bijak itu dan berniat untuk mengunjunginya. Menurut kabar setelah jatuh miskin, orang bijak itu menjadi guru mengajar anak-anak membaca. Saat teman lama sampai untuk mengnjungi orang bijak itu ternyata orang bijak itu sudah meninggal. Dia mengunjungi makam orang bijak itu penuh dengan semak berukar tidak ada yang merawat, orang bijak itu tidak memiliki keluarga di kota itu. Sedangkan makam yang lain seperti ada yang merawat. Di batu nisan orang bijak itu tertulis: Ini pasti berlalu. Tidak lama berselang di kota itu terjadi banjir dan hampir seluruh rumah penduduk tenggelam.

Begitu air surut, teman lama itu kembali mengunjungi kota itu lagi dan memberi bantuan. Dan tidak lupa dia mengunjungi makam orang bijak itu, namun makamnya sudah tidak ada. Saat teman lama berkunjung pula ke perusahaan yang dulu yang sekarang tinggal puing-puing setelah kebakaran, dia menemukan nisan orang bijak itu yang tergeletak bersama lumpur. Nisan itu telah polos, tulisannya tertutup lumpur. Tulisan Ini pasti berlalu pun berlalu juga. 

Teman lama itu tersenyum dan tertawa. Orang-orang yang melihat merasa heran dengan sikap teman lama itu. Teman lama kemudian menyalami penduduk-penduduk kota tersebut yang sedang sedih terluka akibat banjir besar, dan teman lama itu bekrata, Tak ada yang abadi, ini pasti berlalu.

Note:
Jangan kita menggenggam apapun yang ada di dunia ini, segala yang ada di dunia Tak Ada Yang Abadi, Semua Pasti berlalu. 







 

Batu Besar

Pada zaman dahulu, ada seorang raja yang senang pergi keluar istana dan mengamati rakyatnya. Suatu hari, ia memutuskan untuk menaruh sebuah batu besar di persimpangan jalan lalu bersembunyi di semak.

Setelah beberapa jam, muncul dua orang pedagang yang menaiki kereta kuda. Melihat batu besar yang menghalangi jalan, mereka menggerutu dan memilih jalan memutar. ‘Hah! Bagaimana sih raja ini? Ada batu besar seperti ini tidak segera dibereskan,’ ucap salah satu pedagang kesal.

Beberapa jam setelah pedagang itu lewat, muncul seorang petani yang memikul sayur-sayuran. Melihat batu besar menghalangi jalannya, ia pun menaruh sayurannya di tepi jalan dan mulai mendorong batu itu.

Sedikit demi sedikit batu besar itu bisa digeser dan jalan kembali normal. Petani itu kemudian kembali ke tempat ia meletakkan sayurannya. Ia menemukan sekantung koin emas beserta sebuah catatan dari raja, ‘Kuberikan emas ini sebagai hadiah telah memindahkan batu besar itu.’

Note: Berkat dari Tuhan datang pada kita kadang kala akan seperti cerita diatas. Positif thinking adalah cara menemukan Berkat dari setiap masalah.


Cangkir Yang Cantik

Sepasang kakek & nenek pergi berbelanja di toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. Lihat cangkir itu, kata si nenek kepada suaminya. Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat, kata si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud itu berbicara, Terimakasih atas perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidaklah cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Dan ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Teriakku, tetapi orang itu berkata, Belum!, lalu ia mulai menyodokku dan meninjuku berulang-ulang.

Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih parah lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian.

Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini kembali menyahut, Belum!

Akhirnya, ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir selesailah penderitaanku. Tapi, ternyata belum. Setelah dingin, ia menyerahkan aku ke seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! 

Wanita itu berkata, Belum!”. Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ian memasukkan aku ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Tolong! Hentikan penyiksaan ini, sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas ‘menyiksaku’ kini dibiarkannya diriku menjadi dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita mengangkat dan menempatkanku didekat kaca. Aku melihat diriku dan aku terkejut sekali. Hampir-hampir aku tidak percaya, karena dihadapanku telah berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua penderitaan dan kesakitanku yang lalu menjadi sirna ketika aku melihat diriku sekarang ini.

Note: Seperti itulah Tuhan membentuk kita. Ibarat sebuah cangkir yang cantik. Pada saat Tuhan membentuk kita melewati hidup ini, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara Tuhan untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh kedalam berbagai cobaan, sebab kita tahu bahwa ujian terhadap kita selalu menghasilkan kekuatan. Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya anda menjadi sempurna dan utuh, tidak kurang suatu apapun.

Apabila kita sedang menghadapi ujian hidup, jangan berkecil hati. Karena Dia sedang membentuk kita. Proses pembentukannya memang menyakitkan dan membuat penderitaan. Namun, percayalah, setelah semua proses itu selesai, kita akan melihat betapa cantiknya Tuhan menghasilkan kita.



Nilai Sebuah Nyawa

Apakah kamu merasa lebih baik hari ini? tanya Fan. Ia tahu istrinya menderita TBC, dan tidak mudah untuk disembuhkan tetapi dia menjaganya dengan lembut dan sepenuh hati. Terima….kasih..atas…perhatianmu, istrinya berkata terengah-engah, dengan mimik sangat kesakitan.

Fan meminta dokter terbaik di Chingkou, Chen Shihying untuk mengobati istrinya. Dokter Chen memeriksa istrinya dengan hati-hati dan menyuruh Fan untuk menunggu.

Ada satu cara untuk mengobatinya, karena dia cukup parah, Kata dokter tersebut. Ambil seratus kepala burung pipit dan buat mereka menjadi obat sesuai resep ini. Kemudian pada hari ketiga dan ketujuh makan otak burung pipit tersebut. Itu adalah caranya. Ini merupakan rahasia turun-temurun dari nenek moyangku dan tidak pernah gagal. Tetapi ingat, kamu harus mempunyai seratus burung pipit. Kamu bahkan tidak boleh kekurangan satu pun.

Fan ingin sekali menolong istrinya, sehingga dia langsung pergi membeli seratus burung pipit. Burung-burung itu berdesakan dalam satu sangkar yang besar. Mereka menciap-ciap dan berlompatan sangat memilukan, sebab tempatnya terlalu sempit bagi mereka untuk menikmati diri mereka sendiri. Bahkan mungkin mereka tahu kalau mereka akan dibunuh.

Apa yang kau lakukan pada burung-burung tersebut? tanya Nyonya Fan.

Ini adalah resep spesial dokter Chen! Kita akan membuat mereka menjadi obat dan kamu akan segera sembuh, suaminya dengan gembira menjawab.

Tidak, jangan lakukan itu! Nyonya Fan duduk di atas ranjangnya. Kamu tidak boleh mengambil seratus nyawa untuk menyelamatkan satu nyawa saya! Saya lebih baik mati daripada membiarkan kamu membunuh semua burung pipit itu untukku!

Fan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Jika kamu benar-benar mencintai saya, istrinya melanjutkan, Lakukan sesuai permintaan saya. Buka sangkarnya dan lepaskan semua burung pipit itu pergi. Lalu jika saya mati, maka saya akan meninggal dengan tentram.

Apa yang dapat Fan lakukan? Fan mengambil sangkar itu dan dia bawa ke hutan kemudian dia membebaskan semua seratus burung pipit itu. Mereka terbang ke dalam semak-semak dan pohon-pohon dan bernyanyi serta berciap-ciap. Mereka terlihat dan bersuara seperti amat senang karena bebas.

Dalam beberapa hari, Nyonya Fan dapat bangun dari ranjang lagi, walaupun dia tidak minum obat apa pun.

Teman-teman dan saudara-saudaranya berdatangan untuk menyelamatinya karena kesembuhannya yang cepat dan relatif singkat dari penyakit yang mengerikan itu. Semuanya sangat senang.

Tahun berikutnya, keluarga Fan mendapat bayi laki-laki. Dia amat sehat dan lucu, tetapi yang lucu adalah di setiap lengannya terdapat sebuah tanda lahir berbentuk seperti burung pipit.

Note: Berjuang untuk kesembuhan adalah hak dan kewajiban setiap manusia, tetapi jangan pernah lupa akan Suara Tuhan dalam hati nurani kita, Sang Pencipta tetap akan memberi tuntunan yang baik untuk kita lakukan. Jangan sampai kita mengikuti aturan dan kepintaran dunia yang justru merupakan Kejahatan di mata Tuhan. Baik bagi dunia belum tentu baik bagi Tuhan Sang Pemilik segala kehidupan.



Disadur dari buku Mencintai Kehidupan

Lubang

Seorang pria diminta mengecat sebuah perahu. Ia pun mengecat perahu tsb dgn warna yg sesuai dgn pesanan pemiliknya.
Saat mengecat, ia menemukan sebuah lubang kecil di lambung perahu dan menambalnya diam². Begitu selesai mengecat, ia terima upahnya dan pergi.
Tak lama berselang, pemilik perahu menemui lg pria tsb dan memberinya cek yg nilainya sungguh fantastis.
Si tukang cat terkejut & berkata: Anda sudah membayar upah saya, Tuan.
Tapi ini bukan upah untuk mengecat. Ini krn Anda sudah menambal satu lubang di lambung perahuku. Ah! Itu kan cuma hal kecil ... Anda tidak perlu memberi saya uang sebanyak ini untuk pekerjaan sekecil itu.
Mungkin anda tidak mengerti, biar saya jelaskan.
Saat saya minta anda mengecat kapal itu, saya lupa memberi tahu tentang lubang tsb. Ketika cat perahu sudah kering, anak² saya langsung pergi mancing dgn naik perahu itu. Mereka tidak tahu ttg lubang itu, sementara saya tdk berada di rmh saat mrk pergi.
Ketika saya pulang dan menyadari mereka telah membawa perahu itu pergi, saya jadi sangat khawatir karena saya tahu kalau perahu itu bocor. Alangkah leganya saya ketika melihat mereka semua pulang dgn selamat.
Lalu saya mendapati bahwa Anda telah menambal lambung kapal yg bocor itu. Anda telah menyelamatkan anak² saya! Yang sudah Anda lakukan bukan hal kecil krn ITU telah menyelamatkan nyawa orang lain. Sesungguhnya saya tdk punya cukup uang untuk membayar kebaikan-mu itu...!!!

Note:
Teruslah menolong, meringankan beban orang lain dan perbaikilah setiap "lubang" yang kita temukan. Kita tidak akan pernah tahu kapan bantuan kita bermanfaat ..
Karena sesungguhnya kita tidak akan pernah tahu kapan perbuatan BAIK kita berbuah..
tapi PASTI AKAN BERBUAH..

Saat kita menjadi TERANG bagi orang lain, kita tentu saja menerangi jalan kita sendiri.
Selamat Berkarya menjadi Berkat bagi sesama, Tuhan memberkati.





Lima Menit Lagi

Ada seorang nenek yg duduk di dekat seorang pria. Mereka sedang mengamati anak dan cucunya bermain di taman kota.

Lihatlah, gadis kecil yg berbaju kuning itu cucuku, kata sang nenek sambil menunjuk ke arah gadis kecil yg sedang bermain ayunan.

Wah cantik sekali cucu anda, jawab pria itu. Anda lihat anak laki-laki yg sedang bermain pasir mengenakan jaket berwarna cokelat? Dia anakku, ujar pria itu.

Sambil memandangi jam tangannya, pria itu memanggil anaknya dan menyuruhnya untuk segera pulang. Ayah, beri aku waktu lima menit lagi ya. Aku belum puas bermain, kata anaknya dengan wajah memelas. Baiklah, lima menit lagi, jawabnya.

Sang anak kembali bermain pasir dengan riangnya. Lima menit kemudian, pria itu berdiri dan memanggil anaknya kembali, Nak, ayo pulang, sudah lima menit berlalu.

Lagi-lagi anaknya memohon, Ayah, lima menit lagi ya. Kan hanya lima menit saja. Boleh ya, ayah. Pria itu hanya menggangguk menyetujui permintaan anaknya. Wah, anda ternyata seorang ayah yg sabar ya, kata nenek itu.

Pria itupun terseyum kecil lalu menjawab, Anak sulungku terbunuh oleh sopir yang ugal-ugalan saat sedang bermain di taman. Aku tidak pernah mempunyai waktu yang cukup untuk menemainya bermain. Untuk sekarang ini, aku akan memberikan seluruh waktuku yang ada untuk anakku meskipun hanya lima menit lagi. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.

Mungkin bagi anakku, dia mendapat bonus waktu lima menit untuk bermain pasir, bermain ayunan dan bermain yang lainnya. Padahal sesungguhnya akulah yang mendapat waktu tambahan untuk bisa terus melihatnya bermain, menikmati kebersamaan dan melihat canda tawanya.

Hidup adalah tentang membuat skala prioritas. Prioritas apa yang kita miliki saat ini? Berikanlah pada seseorang yang kita kasihi, lima menit saja dari waktu yang kita miliki dan kita pastilah tidak akan menyesal selamanya.



Air Yang Pahit

Ada seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang menghadapi masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya. Pak tua bijak hanya mendengar dgn seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu mengambil segelas air. Ditaburkanlah serbuk pahit itu ke dlm gelas & diaduk perlahan,

Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya? Ujar pak tua
Pahit sekali….. Jawab pemuda itu.

Pak tua itu tersenyum, mengajak pemuda itu utk berjalan ke tepi danau di belakang rumahnya. Mereka berjalan berdampingan & akhirnya sampailah mereka berdua ke tepi danau yg tenang itu. Sesampai disana, pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke danau itu dan dgn sepotong kayu ia mengaduknya,

Coba ambir air dari danau itu & minumlah. Saat si pemuda mereguk air itu, pak tua bertanya lag, Bagaimana rasanya…? Segar…. sahut si pemuda….

Apakah kamu merasakan pahit di dlm air itu? Tanya pak tua itu. Tidak…. Sahut pemuda itu. Pak tua itu tertawa sambil berkata: Anak muda… Dengarkan baik2, pahitnya kehidupan sama sperti segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama & mmg akan tetap sama.

Tapi INGAT.. kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki.

Jadi saat kita merasakan kepahitan & kegagalan dlm hidup, hanya ada satu yg kita dapat lakukan: Luaskan & perbesar kapasitas hatimu utk menampung setiap kepahitan itu.  Hati kita adalah wadah itu.

Jangan jadikan hati kita seperti gelas, tapi buatlah hati kita seperti danau yang besar & mampu menampung setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.