Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama-kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku yaitu menjadi karakter manusia itu sendiri.
Bosan
Mengapa kita Marah?
Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya jutek (cemberut). Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy bahkan bersikap sopan kepada penjual itu.
Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya: Hei... Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?
Roda Kehidupan
Suatu hari seorang Murid bertanya kepada Gurunya, Guru, saya pernah mendengar kisah seorang bijak yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan yang menurun, sang bijak konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya petik dari kisah ini?
Terlambat (dari sebuah kisah nyata)
Rumah masih ramai setelah pulang dari pemakaman, kepalaku masih pusing karena tak bisa menahan tangis melihat jasad terakhir istriku dimasukkan ke liang lahat. Aku makin tak bisa menahan airmata saat melihat anak-anak menangis memandangi tanah yang menimbun ibu mereka. Lama aku diam di pemakaman, mengingat kembali saat istriku masih ada.
Gula Merah Sekilo
Alkisah, Seorang lelaki miskin menjual gula merah yang dibuat isterinya ke kota. Isterinya selalu membuat gula merah dengan bentuk bulat dan beratnya 1 kg. Dia selalu menjual gula merah itu ke salah satu toko dan membeli kebutuhan-kebutuhan harian mereka untuk sekadar makan.
Unwanted Colosal Story 4
Unwanted Colosal Story 3
Antena Berkarat
Tak Ada Yang Abadi
Batu Besar
Pada zaman dahulu, ada seorang raja yang senang pergi keluar istana dan mengamati rakyatnya. Suatu hari, ia memutuskan untuk menaruh sebuah batu besar di persimpangan jalan lalu bersembunyi di semak.
Setelah beberapa jam, muncul dua orang pedagang yang menaiki kereta kuda. Melihat batu besar yang menghalangi jalan, mereka menggerutu dan memilih jalan memutar. ‘Hah! Bagaimana sih raja ini? Ada batu besar seperti ini tidak segera dibereskan,’ ucap salah satu pedagang kesal.
Beberapa jam setelah pedagang itu lewat, muncul seorang petani yang memikul sayur-sayuran. Melihat batu besar menghalangi jalannya, ia pun menaruh sayurannya di tepi jalan dan mulai mendorong batu itu.
Sedikit demi sedikit batu besar itu bisa digeser dan jalan kembali normal. Petani itu kemudian kembali ke tempat ia meletakkan sayurannya. Ia menemukan sekantung koin emas beserta sebuah catatan dari raja, ‘Kuberikan emas ini sebagai hadiah telah memindahkan batu besar itu.’
Note: Berkat dari Tuhan datang pada kita kadang kala akan seperti cerita diatas. Positif thinking adalah cara menemukan Berkat dari setiap masalah.
Cangkir Yang Cantik
Sepasang kakek & nenek pergi berbelanja di toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. Lihat cangkir itu, kata si nenek kepada suaminya. Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat, kata si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud itu berbicara, Terimakasih atas perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidaklah cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.
Dan ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Teriakku, tetapi orang itu berkata, Belum!, lalu ia mulai menyodokku dan meninjuku berulang-ulang.
Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih parah lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian.
Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini kembali menyahut, Belum!
Akhirnya, ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir selesailah penderitaanku. Tapi, ternyata belum. Setelah dingin, ia menyerahkan aku ke seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop!
Wanita itu berkata, Belum!”. Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ian memasukkan aku ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Tolong! Hentikan penyiksaan ini, sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas ‘menyiksaku’ kini dibiarkannya diriku menjadi dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita mengangkat dan menempatkanku didekat kaca. Aku melihat diriku dan aku terkejut sekali. Hampir-hampir aku tidak percaya, karena dihadapanku telah berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua penderitaan dan kesakitanku yang lalu menjadi sirna ketika aku melihat diriku sekarang ini.
Note: Seperti itulah Tuhan membentuk kita. Ibarat sebuah cangkir yang cantik. Pada saat Tuhan membentuk kita melewati hidup ini, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara Tuhan untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.
Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh kedalam berbagai cobaan, sebab kita tahu bahwa ujian terhadap kita selalu menghasilkan kekuatan. Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya anda menjadi sempurna dan utuh, tidak kurang suatu apapun.
Apabila kita sedang menghadapi ujian hidup, jangan berkecil hati. Karena Dia sedang membentuk kita. Proses pembentukannya memang menyakitkan dan membuat penderitaan. Namun, percayalah, setelah semua proses itu selesai, kita akan melihat betapa cantiknya Tuhan menghasilkan kita.
Nilai Sebuah Nyawa
Apakah kamu merasa lebih baik hari ini? tanya Fan. Ia tahu istrinya menderita TBC, dan tidak mudah untuk disembuhkan tetapi dia menjaganya dengan lembut dan sepenuh hati. Terima….kasih..atas…perhatianmu, istrinya berkata terengah-engah, dengan mimik sangat kesakitan.
Fan meminta dokter terbaik di Chingkou, Chen Shihying untuk mengobati istrinya. Dokter Chen memeriksa istrinya dengan hati-hati dan menyuruh Fan untuk menunggu.
Ada satu cara untuk mengobatinya, karena dia cukup parah, Kata dokter tersebut. Ambil seratus kepala burung pipit dan buat mereka menjadi obat sesuai resep ini. Kemudian pada hari ketiga dan ketujuh makan otak burung pipit tersebut. Itu adalah caranya. Ini merupakan rahasia turun-temurun dari nenek moyangku dan tidak pernah gagal. Tetapi ingat, kamu harus mempunyai seratus burung pipit. Kamu bahkan tidak boleh kekurangan satu pun.
Fan ingin sekali menolong istrinya, sehingga dia langsung pergi membeli seratus burung pipit. Burung-burung itu berdesakan dalam satu sangkar yang besar. Mereka menciap-ciap dan berlompatan sangat memilukan, sebab tempatnya terlalu sempit bagi mereka untuk menikmati diri mereka sendiri. Bahkan mungkin mereka tahu kalau mereka akan dibunuh.
Apa yang kau lakukan pada burung-burung tersebut? tanya Nyonya Fan.
Ini adalah resep spesial dokter Chen! Kita akan membuat mereka menjadi obat dan kamu akan segera sembuh, suaminya dengan gembira menjawab.
Tidak, jangan lakukan itu! Nyonya Fan duduk di atas ranjangnya. Kamu tidak boleh mengambil seratus nyawa untuk menyelamatkan satu nyawa saya! Saya lebih baik mati daripada membiarkan kamu membunuh semua burung pipit itu untukku!
Fan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Jika kamu benar-benar mencintai saya, istrinya melanjutkan, Lakukan sesuai permintaan saya. Buka sangkarnya dan lepaskan semua burung pipit itu pergi. Lalu jika saya mati, maka saya akan meninggal dengan tentram.
Apa yang dapat Fan lakukan? Fan mengambil sangkar itu dan dia bawa ke hutan kemudian dia membebaskan semua seratus burung pipit itu. Mereka terbang ke dalam semak-semak dan pohon-pohon dan bernyanyi serta berciap-ciap. Mereka terlihat dan bersuara seperti amat senang karena bebas.
Dalam beberapa hari, Nyonya Fan dapat bangun dari ranjang lagi, walaupun dia tidak minum obat apa pun.
Teman-teman dan saudara-saudaranya berdatangan untuk menyelamatinya karena kesembuhannya yang cepat dan relatif singkat dari penyakit yang mengerikan itu. Semuanya sangat senang.
Tahun berikutnya, keluarga Fan mendapat bayi laki-laki. Dia amat sehat dan lucu, tetapi yang lucu adalah di setiap lengannya terdapat sebuah tanda lahir berbentuk seperti burung pipit.
Note: Berjuang untuk kesembuhan adalah hak dan kewajiban setiap manusia, tetapi jangan pernah lupa akan Suara Tuhan dalam hati nurani kita, Sang Pencipta tetap akan memberi tuntunan yang baik untuk kita lakukan. Jangan sampai kita mengikuti aturan dan kepintaran dunia yang justru merupakan Kejahatan di mata Tuhan. Baik bagi dunia belum tentu baik bagi Tuhan Sang Pemilik segala kehidupan.
Disadur dari buku Mencintai Kehidupan
Lubang
Lima Menit Lagi
Ada seorang nenek yg duduk di dekat seorang pria. Mereka sedang mengamati anak dan cucunya bermain di taman kota.
Lihatlah, gadis kecil yg berbaju kuning itu cucuku, kata sang nenek sambil menunjuk ke arah gadis kecil yg sedang bermain ayunan.
Wah cantik sekali cucu anda, jawab pria itu. Anda lihat anak laki-laki yg sedang bermain pasir mengenakan jaket berwarna cokelat? Dia anakku, ujar pria itu.
Sang anak kembali bermain pasir dengan riangnya. Lima menit kemudian, pria itu berdiri dan memanggil anaknya kembali, Nak, ayo pulang, sudah lima menit berlalu.
Pria itupun terseyum kecil lalu menjawab, Anak sulungku terbunuh oleh sopir yang ugal-ugalan saat sedang bermain di taman. Aku tidak pernah mempunyai waktu yang cukup untuk menemainya bermain. Untuk sekarang ini, aku akan memberikan seluruh waktuku yang ada untuk anakku meskipun hanya lima menit lagi. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.
Mungkin bagi anakku, dia mendapat bonus waktu lima menit untuk bermain pasir, bermain ayunan dan bermain yang lainnya. Padahal sesungguhnya akulah yang mendapat waktu tambahan untuk bisa terus melihatnya bermain, menikmati kebersamaan dan melihat canda tawanya.
Hidup adalah tentang membuat skala prioritas. Prioritas apa yang kita miliki saat ini? Berikanlah pada seseorang yang kita kasihi, lima menit saja dari waktu yang kita miliki dan kita pastilah tidak akan menyesal selamanya.
Air Yang Pahit
Ada seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang menghadapi masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya. Pak tua bijak hanya mendengar dgn seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu mengambil segelas air. Ditaburkanlah serbuk pahit itu ke dlm gelas & diaduk perlahan,
Pak tua itu tersenyum, mengajak pemuda itu utk berjalan ke tepi danau di belakang rumahnya. Mereka berjalan berdampingan & akhirnya sampailah mereka berdua ke tepi danau yg tenang itu. Sesampai disana, pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke danau itu dan dgn sepotong kayu ia mengaduknya,
Tapi INGAT.. kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki.
Jadi saat kita merasakan kepahitan & kegagalan dlm hidup, hanya ada satu yg kita dapat lakukan: Luaskan & perbesar kapasitas hatimu utk menampung setiap kepahitan itu. Hati kita adalah wadah itu.
Jangan jadikan hati kita seperti gelas, tapi buatlah hati kita seperti danau yang besar & mampu menampung setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.